Menulislah, apa yang ingin kau tulis Curahkan isi hatimu dengan menulis Jika Namamu terhapus dari dunia maka Tulisanmu akan selalu menjadi kenangan

Senin, 27 Mei 2019

Si Riang penyemangat ( Cerpen)

Senja telah menjelang, matahari pun telah kembali keperaduannya.Setiap orang mulai menutupi pintu dan jendela rumahnya, mengajak anak-anaknya masuk agar terhindar dari gangguan jin wanita yang suka mengganggu diwaktu maghrib tiba, namun  ada juga yang masih berkelakar di teras rumah, menikmati secangkir teh dan sepiring pisang goreng sambil membaca koran sore. Dan gadis kecil itu baru saja pulang dari mengantarkan gorengan kewarung ibunya, sambil menjajakannya di sekitar kampung yang dilaluinya dalam perjalanan menuju ke tempat tujuan. Dia berjalan santai sambil berdendang lagu-lagu nasional, lalu berubah sholawatan dan berubah lagi lagu pop tahun 90an, lagu yang biasa terdengar di rumahnya karena menjadi nyanyian favorit sang ayah. Sampai didepan rumahnya tiba-tiba dia menghentikan langkah, mengatur nafas, membuka pintu teras yang langsung berhadapan dengan jalan gang yang hanya satu meter lebarnya dengan sangat pelan, membuka daun pintu dengan hati-hati agar tak mengeluarkan suara, lalu dia mengucapkan salam lirih dan memasuki rumahnya.Tiba-tiba langkahnya terhenti, Terdengar suara keras laki-laki menegur, sepertinya bapak gadis itu“Kenapa kamu baru pulang”!  Kudengar gadis itu menjawab dengan gugup”wa..wa..warungnya rame pak, tadi bantu mbak dulu”Jawabnya lirih dengan penuh ketakutan.”Alesan saja kamu, dasar suka main”! suara keras itu kembali lagi menghakiminya
“sudah,sana ke mushola!” perintah bapaknya lagi, “Iya pak” gadis itu menjawab dan berlalu
Terdengar gemericik di kamar mandi, mungkin dia sedang berwudhu.”Cepet! jangan lelet!” suara kasar dan keras itu kembali lagi terdengar, “i...iya pak..” jawabnya seperti ketakutan kulihat ia segera bergegas ke mushola.
            Banyak orang-orang telah kembali  dari mushola kampung yang letaknya di komplek asrama polisi, tapi itu memang milik mereka hanya saja terbuka untuk umum dan malah orang-orang kampung yang lebih rajin merawatnya sejak mushola itu dibangun tahun 1996, termasuk gadis itu. Apalagi seperti ramadhan saat ini, selesai dari berbuka dia akan datang lebih awal dari teman-temannya, mencari posisi nyaman lalu akan menggelar sajadah, setelah itu biasanya dia akan membereskan gelas dan sisa takjil di teras mushola,, membawanya ke tempat wudhu dan mencucinya lalu dia akan menyapu seluruh bagian mushola, hingga ketika teman-teman dan jamaah lain datang dia sedang duduk diteras mushola yg bersih dan rapih itu dalam keadaan sudah memakai mukenah, Dia akan menyapa teman-temannya, mengobrol dan mengajak teman-temannya berlomba mengkhatamkan alqur’an hingga akhir Ramadhan nanti, Selesai Tarawih aku terbiasa mendengartadarus gadis itu lewat speaker musholah, biasanya dia bertadarus di mushola hingga pukul sebelas malam.
Menjelang sahur aku mendengar bapak gadis itu membangunkannya”Yah, yah...bangun saur!” “iya pak”jawabnya lirih, mungkin masih mengantuk. 15 menit kemudian terdengar”Dubrak!!!..He,Bangun!,saur sana kewarung!”bapak itu kudengar lagi dengan suaranya yang lebih keras.Ternyata gadis itu belum terbangun “iya...pak, ampun!”  terdengar suara gadis itu ketakutan dan kaget rupanya, dia segera ke kamar mandi membasuh muka, dan bergegas keluar rumah setelah izin kepada sang bapak.
Setiap waktu sahur, Dia akan berjalan sendiri, menyusuri kampung, dalam gelap dan dinginnya malam menuju kewarung tempat ibu dan mbaknya jualan, sementara bapaknya sendiri yang kutahu tidak pernah puasa karena tak kuat menahan lapar, kata keluarganya maklum dari kecil tidak dibiasakan dan hidupnya selalu berkecukupun, semua permintaanya dituruti dan setiap kemauannya terlaksana sehingga sudah membentuk watak bahwa bapak itu jadi orang yang egois dan kasar, tak pernah peka hati dan perasaannya. Keluarga gadis itu mempunyai usaha warung makan tenda, yang buka jam 5 sore hingga tengah malam, kalau ramadhan biasanya sampai waktu sahur dan pulang menjelang atau setelah subuh.Hanya ibu dan kakak gadis itu yang melayani pembeli sedari usaha itu dibuka hingga sekarang mengalami perkembangan. Ketika awal dulu memulai usaha, rumah mereka hanya sepetak dengan satu ruangan untuk semua kegiatan, Anak pertama mereka sampai putus sekolah karena tak kuat dengan ejekan teman-temannya, yang selalu dibilangnya tukang tidur, bagaimana tidak tidur dikelas, orang tiap hari dia bekerja membantu keluarga hingga larut malam, belum lagi siangnya capek, karena pulang sekolah harus membantu memasak lalu sorenya bergegas menata warung dan membukanya.nyaris tak ada waktu bersantai apalagi bermain.Kakak gadis itu hanya selisih 5 tahun dari adiknya, belum lagi kakaknya memang tidak terlalu pintar bahkan cenderung malas berfikir sehingga merasa putus asa dan putus sekolah.Sekarang rumah mereka cukup layak dan nyaman untuk ditinggali dengan kondisi yang tertata rapi. Sedang gadis itu biasa membantu membawa ember tiap jam 2 siang untuk diisi tukang air langganannya, sambil berdendang dia akan dengan ceria melaksanakan tugas hariannya itu, sampai diwarung biasanya dia yaang menyapu, menyirami pelataran warungnya yang berdebu dan membersihkan kaca dan meja serta menatanya dengan rapih, memasang tenda dengan bertumpu pada bangku panjang tempat duduk pelanggan karena tubuhnya yang belum tumbuh tinggi. Sepulang dari warung atau sebelum ke sekolah pagi hari kulihat gadis itu selalu menyapu rumahnya, mengepelnya dan membersihkan kaca, Rumahnya selalu bersih, rapi dan wangi jika dia dirumah.Hobinya adalah membaca, banyak sekali buku bacaan yang dia beli sendiri dari upahnya membantu ibu, menjual gorengan atau sisa uang sakunya, dia juga suka berdendang, meski suaranya tak terdengar indah tapi dia begitu pede menyanyi dengan suara keras jika bapaknya tidak dirumah, karena jika bapaknya dirumah hampir tak ada suara orang rumah itu kecuali bapaknya yang selalu marah-marah, kadang juga mengamuk,mengomel dan berceramah, namun beliau sendiri tidak melaksanakan apa yang beliau anjurkan ke keluarga dan orang-orang yang beliau ceramahi.
Hobi lain gadis itu adalah bekerja, bersih-bersih rumah. Dia tak pernah mengeluh dengan tugas rumah yang dibebankan kepadanya, dengan senang hati dia selalu melaksanakannya, bahkan kalau main dirumah temannya pun dia tidak segan membantu merapikan rumah tetangganya itu, karena dia paling tidak suka dan tidak betah dengan rumah yang kotor dan berantakan.

                        Adzan subuh telah terdengar, aku melihat gadis itu pulang dari warung bersama ibu dan kakaknya, sambil meneteng tas berisi baskom-baskom tempat lauk yang sudah dicuci dari warung.Setelah mereka masuk rumah, aku masih melihat gadis itu diteras merapikan perkakas dan alat tempur keluarganya dalam berdagang. Setelah itu dia akan berlari menuju mushola karena waktu iqomah hampir tiba, sementara anggota keluarga lain, mungkin sholat dirumah lalu tidur lagi.Selepas sholat subuh gadis itu berkumpul bersama teman-temannya di depan mushola, membicarakan agenda jalan-jalan mereka pagi itu.
Pulang jalan-jalan biasanya masih pukul enam pagi, mereka akan kumpul lagi di mushola dan biasanya juga gadis itu yang akan menggerakkan teman-temannya untuk bersih-bersih mushola, setelah mushola bersih mereka akan tidur-tiduran sambil bernyanyi bersahut sahutan, lalu ketika mungkin merasa lelah menyanyi mereka akan keluar dan membuat rumah-rumahan dari pasir dan menjadikan lidi sebagai tokoh yang memerankan serta dengan nama serta karakter yang melekat.Lalu dia akan pulang untuk membersihkan rumah dan bergegas kesekolah sebelum bapaknya mencarinya.Yah, hampir bertahun-tahun kulihat gadis itu melakukan kegiatan sehari-harinya serta kebiasaan ramadhan yang menginspirasi teman-temannya, Dia dikenal baik di masyarakat karena keramahan dan keceriaannya, hampir semua tetangga mengenalnya termasuk para anggota polisi yang tinggal di kopleks asrama, banyak juga yang mengasihaninya karena hampir tiap hari gadis itu selalu di marah, dicaci maki dan di hajar bapaknya, apapun kesalahannya. Namun Dia begitu tegar, sabar,meski berat ujiannya ketika dirumah, namun diluar rumah dia selalu ceria, suka bercanda, suka mentraktir teman-temannya, tertawa bebas bersama teman-temannya, Dia juga cukup pintar dan cerdas karena selalu mendapat peringkat 3 besar dikelas.Suatu hari dibulan ramadhan, aku tak mendengar suara tadarusan gadis itu dari speaker mushola, paginya aku juga tak melihat dia diantara teman-temannya, ternyata dia sudah mengundurkan diri dari kesibukannya itu, mungkin karena sudah menjadi remaja SMA kesibukannya belajar dan membantu ibunya bertambah, dan ternyata dia merasa sakit hati dengan ucapan tetangganya yang menganggapnya selalu cari muka biar di puji banyak orang dan biar dapat makanan banyak ketika tadarusan serta sumbangan dari para polisi dan dermawan yang biasa bersedekah.Rupanya Gadis itu tersinggung karena tak pernah terlintas sedikitpun niatan-niatan itu di hatinya.  Akhirnya kini, Ramadhan dikampungku menjadi sepi, apalagi musholanya semakin sepi peminat dari warganya sendiri.tak ada lagi yang bertadarusan hingga tengah malam kecuali beberapa anak saja. Tak ada yang bergotong royong, beramai ramai membersihkan mushola kecuali penjaga musholanya sendiri.Anak-anak lebih disibukkan dengan gadged, atau kongkow-kongkow di pinggir jalan raya. Apa mungkin karena zaman sudah berubah, hingga tak ada lagi anak seperti gadis kecil itu atau aku yang ketinggalan zaman, terlalu bernostalgia dengan masalalu. Sungguh, Jika waktu boleh kembali aku rindu dengan sosok anak seperti gadis itu yang akan meramaikan ramadhan dikampungku.Kini gadis itu juga sudah pindah mengikuti  suami dan tugas negara yang diembannya. Kabarnya Dia jadi telah menjadi seorang ASN dikota lain.semoga sukses selalu gadisku yang selalu ceria dan penuh semangat perjuangan.

1 komentar: