Senja
telah menjelang, matahari pun telah kembali keperaduannya.Setiap orang mulai
menutupi pintu dan jendela rumahnya, mengajak anak-anaknya masuk agar terhindar
dari gangguan jin wanita yang suka mengganggu diwaktu maghrib tiba, namun ada juga yang masih berkelakar di teras rumah,
menikmati secangkir teh dan sepiring pisang goreng sambil membaca koran sore. Dan
gadis kecil itu baru saja pulang dari mengantarkan gorengan kewarung ibunya,
sambil menjajakannya di sekitar kampung yang dilaluinya dalam perjalanan menuju
ke tempat tujuan. Dia berjalan santai sambil berdendang lagu-lagu nasional,
lalu berubah sholawatan dan berubah lagi lagu pop tahun 90an, lagu yang biasa
terdengar di rumahnya karena menjadi nyanyian favorit sang ayah. Sampai didepan
rumahnya tiba-tiba dia menghentikan langkah, mengatur nafas, membuka pintu
teras yang langsung berhadapan dengan jalan gang yang hanya satu meter lebarnya
dengan sangat pelan, membuka daun pintu dengan hati-hati agar tak mengeluarkan
suara, lalu dia mengucapkan salam lirih dan memasuki rumahnya.Tiba-tiba
langkahnya terhenti, Terdengar suara keras laki-laki menegur, sepertinya bapak
gadis itu“Kenapa kamu baru pulang”!
Kudengar gadis itu menjawab dengan gugup”wa..wa..warungnya rame pak,
tadi bantu mbak dulu”Jawabnya lirih dengan penuh ketakutan.”Alesan saja kamu,
dasar suka main”! suara keras itu kembali lagi menghakiminya
“sudah,sana ke mushola!”
perintah bapaknya lagi, “Iya pak” gadis itu menjawab dan berlalu
Terdengar gemericik di
kamar mandi, mungkin dia sedang berwudhu.”Cepet! jangan lelet!” suara kasar dan
keras itu kembali lagi terdengar, “i...iya pak..” jawabnya seperti ketakutan
kulihat ia segera bergegas ke mushola.
Banyak orang-orang telah kembali dari mushola kampung yang letaknya di komplek
asrama polisi, tapi itu memang milik mereka hanya saja terbuka untuk umum dan
malah orang-orang kampung yang lebih rajin merawatnya sejak mushola itu
dibangun tahun 1996, termasuk gadis itu. Apalagi seperti ramadhan saat ini,
selesai dari berbuka dia akan datang lebih awal dari teman-temannya, mencari
posisi nyaman lalu akan menggelar sajadah, setelah itu biasanya dia akan
membereskan gelas dan sisa takjil di teras mushola,, membawanya ke tempat wudhu
dan mencucinya lalu dia akan menyapu seluruh bagian mushola, hingga ketika
teman-teman dan jamaah lain datang dia sedang duduk diteras mushola yg bersih
dan rapih itu dalam keadaan sudah memakai mukenah, Dia akan menyapa
teman-temannya, mengobrol dan mengajak teman-temannya berlomba mengkhatamkan
alqur’an hingga akhir Ramadhan nanti, Selesai Tarawih aku terbiasa
mendengartadarus gadis itu lewat speaker musholah, biasanya dia bertadarus di
mushola hingga pukul sebelas malam.
Menjelang
sahur aku mendengar bapak gadis itu membangunkannya”Yah, yah...bangun saur!” “iya
pak”jawabnya lirih, mungkin masih mengantuk. 15 menit kemudian terdengar”Dubrak!!!..He,Bangun!,saur
sana kewarung!”bapak itu kudengar lagi dengan suaranya yang lebih
keras.Ternyata gadis itu belum terbangun “iya...pak, ampun!” terdengar suara gadis itu ketakutan dan kaget
rupanya, dia segera ke kamar mandi membasuh muka, dan bergegas keluar rumah
setelah izin kepada sang bapak.
Setiap waktu sahur, Dia
akan berjalan sendiri, menyusuri kampung, dalam gelap dan dinginnya malam
menuju kewarung tempat ibu dan mbaknya jualan, sementara bapaknya sendiri yang
kutahu tidak pernah puasa karena tak kuat menahan lapar, kata keluarganya
maklum dari kecil tidak dibiasakan dan hidupnya selalu berkecukupun, semua
permintaanya dituruti dan setiap kemauannya terlaksana sehingga sudah membentuk
watak bahwa bapak itu jadi orang yang egois dan kasar, tak pernah peka hati dan
perasaannya. Keluarga gadis itu mempunyai usaha warung makan tenda, yang buka
jam 5 sore hingga tengah malam, kalau ramadhan biasanya sampai waktu sahur dan
pulang menjelang atau setelah subuh.Hanya ibu dan kakak gadis itu yang melayani
pembeli sedari usaha itu dibuka hingga sekarang mengalami perkembangan. Ketika
awal dulu memulai usaha, rumah mereka hanya sepetak dengan satu ruangan untuk
semua kegiatan, Anak pertama mereka sampai putus sekolah karena tak kuat dengan
ejekan teman-temannya, yang selalu dibilangnya tukang tidur, bagaimana tidak
tidur dikelas, orang tiap hari dia bekerja membantu keluarga hingga larut
malam, belum lagi siangnya capek, karena pulang sekolah harus membantu memasak
lalu sorenya bergegas menata warung dan membukanya.nyaris tak ada waktu
bersantai apalagi bermain.Kakak gadis itu hanya selisih 5 tahun dari adiknya, belum
lagi kakaknya memang tidak terlalu pintar bahkan cenderung malas berfikir
sehingga merasa putus asa dan putus sekolah.Sekarang rumah mereka cukup layak
dan nyaman untuk ditinggali dengan kondisi yang tertata rapi. Sedang gadis itu
biasa membantu membawa ember tiap jam 2 siang untuk diisi tukang air
langganannya, sambil berdendang dia akan dengan ceria melaksanakan tugas
hariannya itu, sampai diwarung biasanya dia yaang menyapu, menyirami pelataran
warungnya yang berdebu dan membersihkan kaca dan meja serta menatanya dengan
rapih, memasang tenda dengan bertumpu pada bangku panjang tempat duduk
pelanggan karena tubuhnya yang belum tumbuh tinggi. Sepulang dari warung atau
sebelum ke sekolah pagi hari kulihat gadis itu selalu menyapu rumahnya,
mengepelnya dan membersihkan kaca, Rumahnya selalu bersih, rapi dan wangi jika
dia dirumah.Hobinya adalah membaca, banyak sekali buku bacaan yang dia beli
sendiri dari upahnya membantu ibu, menjual gorengan atau sisa uang sakunya, dia
juga suka berdendang, meski suaranya tak terdengar indah tapi dia begitu pede
menyanyi dengan suara keras jika bapaknya tidak dirumah, karena jika bapaknya
dirumah hampir tak ada suara orang rumah itu kecuali bapaknya yang selalu
marah-marah, kadang juga mengamuk,mengomel dan berceramah, namun beliau sendiri
tidak melaksanakan apa yang beliau anjurkan ke keluarga dan orang-orang yang
beliau ceramahi.
Hobi lain gadis itu
adalah bekerja, bersih-bersih rumah. Dia tak pernah mengeluh dengan tugas rumah
yang dibebankan kepadanya, dengan senang hati dia selalu melaksanakannya,
bahkan kalau main dirumah temannya pun dia tidak segan membantu merapikan rumah
tetangganya itu, karena dia paling tidak suka dan tidak betah dengan rumah yang
kotor dan berantakan.
Adzan subuh telah terdengar, aku melihat
gadis itu pulang dari warung bersama ibu dan kakaknya, sambil meneteng tas
berisi baskom-baskom tempat lauk yang sudah dicuci dari warung.Setelah mereka
masuk rumah, aku masih melihat gadis itu diteras merapikan perkakas dan alat
tempur keluarganya dalam berdagang. Setelah itu dia akan berlari menuju mushola
karena waktu iqomah hampir tiba, sementara anggota keluarga lain, mungkin
sholat dirumah lalu tidur lagi.Selepas sholat subuh gadis itu berkumpul bersama
teman-temannya di depan mushola, membicarakan agenda jalan-jalan mereka pagi
itu.
Pulang jalan-jalan
biasanya masih pukul enam pagi, mereka akan kumpul lagi di mushola dan biasanya
juga gadis itu yang akan menggerakkan teman-temannya untuk bersih-bersih
mushola, setelah mushola bersih mereka akan tidur-tiduran sambil bernyanyi
bersahut sahutan, lalu ketika mungkin merasa lelah menyanyi mereka akan keluar
dan membuat rumah-rumahan dari pasir dan menjadikan lidi sebagai tokoh yang
memerankan serta dengan nama serta karakter yang melekat.Lalu dia akan pulang
untuk membersihkan rumah dan bergegas kesekolah sebelum bapaknya mencarinya.Yah,
hampir bertahun-tahun kulihat gadis itu melakukan kegiatan sehari-harinya serta
kebiasaan ramadhan yang menginspirasi teman-temannya, Dia dikenal baik di
masyarakat karena keramahan dan keceriaannya, hampir semua tetangga mengenalnya
termasuk para anggota polisi yang tinggal di kopleks asrama, banyak juga yang
mengasihaninya karena hampir tiap hari gadis itu selalu di marah, dicaci maki
dan di hajar bapaknya, apapun kesalahannya. Namun Dia begitu tegar, sabar,meski
berat ujiannya ketika dirumah, namun diluar rumah dia selalu ceria, suka
bercanda, suka mentraktir teman-temannya, tertawa bebas bersama teman-temannya,
Dia juga cukup pintar dan cerdas karena selalu mendapat peringkat 3 besar
dikelas.Suatu hari dibulan ramadhan, aku tak mendengar suara tadarusan gadis
itu dari speaker mushola, paginya aku juga tak melihat dia diantara teman-temannya,
ternyata dia sudah mengundurkan diri dari kesibukannya itu, mungkin karena
sudah menjadi remaja SMA kesibukannya belajar dan membantu ibunya bertambah,
dan ternyata dia merasa sakit hati dengan ucapan tetangganya yang menganggapnya
selalu cari muka biar di puji banyak orang dan biar dapat makanan banyak ketika
tadarusan serta sumbangan dari para polisi dan dermawan yang biasa
bersedekah.Rupanya Gadis itu tersinggung karena tak pernah terlintas sedikitpun
niatan-niatan itu di hatinya. Akhirnya
kini, Ramadhan dikampungku menjadi sepi, apalagi musholanya semakin sepi
peminat dari warganya sendiri.tak ada lagi yang bertadarusan hingga tengah
malam kecuali beberapa anak saja. Tak ada yang bergotong royong, beramai ramai
membersihkan mushola kecuali penjaga musholanya sendiri.Anak-anak lebih
disibukkan dengan gadged, atau kongkow-kongkow di pinggir jalan raya. Apa
mungkin karena zaman sudah berubah, hingga tak ada lagi anak seperti gadis
kecil itu atau aku yang ketinggalan zaman, terlalu bernostalgia dengan
masalalu. Sungguh, Jika waktu boleh kembali aku rindu dengan sosok anak seperti
gadis itu yang akan meramaikan ramadhan dikampungku.Kini gadis itu juga sudah
pindah mengikuti suami dan tugas negara
yang diembannya. Kabarnya Dia jadi telah menjadi seorang ASN dikota lain.semoga
sukses selalu gadisku yang selalu ceria dan penuh semangat perjuangan.
Nice artikel mbak
BalasHapus